Selasa, 13 Januari 2009

Jeritan Hati


Kutitipkan hujan dan kepak kelalawar yang terbang siang,
Aku ingin menceritakan sebuah kota dengan penuh impian.
Gemerlap,
dan kutinggalkan sebentar kekasih dengan setangkai mawar.
Disebuah simpang kuteruka jalan nasib menunggu jemputan,
untuk kepulangan.
Disimpang yang lain tiang-tiang listrik yang rebah mungkin menghambat jalan pulang.
Seseorang berdusta akan nasibnya sendiri.
Di Ziarah tengah malam sesuatu kau gumamkan "mungkinkah sampai perjalan ini".
Embun menitik diantara 2 persimpangan.
Mengirimkan pesan-pesan bagi yang tinggal ataupun pergi.
oleh hujan kita sampai disini, ditanah, bulir-bulir padi dan kebun-kebun sawit dan jaring yang menyebar disungai mati.
Belum kita lihat pelangi berkaca disepanjang aliran air, tetapi purnama sepenuh kepal menjadi raja ditengah malam.
Pagi hampir menjelan, waktu begitu sempit unutk menentukan kepulangan.
Mungkin, kepulangan adalah hal seadanya, seperti batang rambutan yang ranggas karena musim menua.
Sementara angin meliuk-liuk indah sepantar mega.
Berjibaku dengan embun dikelopak bunga dan sayup-sayup surga dalam warna putih cempaka yang cerah.
Yang menuntun sebuah perjalanan.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar